Shalat adalah Kontrol Sosial
Shalat adalah Kontrol Sosial
Oleh : Syaifuddin
أََلْحَمْدُ
لِلّهِ أََلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَفْضَلَنَا بِالصَّلاَةِ وَيَأْمُرُنَا
بِالْعَمَلِ الصَّالِحِ وَالطَّاعَةِ ، وَالَّذِيْ نَسْتَهِْدِيْ فِيْ كُلِّ
اْلأُمُوْرِ وَالْمَظْلَمَةِ ، أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَيُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ، وَمَنْ يُصَدِّقِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ
فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الْمِيْعَادِ
أَمَّا
بَعْدُ : فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ
كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى
الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ، وَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ
أُصَلِّيْ
Hadirin Sidang Jum’at yang
Dimuliakan oleh Allah
Marilah pada hari yang cerah ini, kita
bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena hanya dengan
taqwalah kita dapat selamat menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Adapun salah satu di antara tanda terpenting
bagi ketaqwaan kita adalah shalat kita. Apakah kita sudah rajin shalat sesuai
yang diperintahkan? Yakni di awal waktu. Apakah kita sudah melaksanakan
shalat-shalat sunnah sebagai penyempurna bagi kekurangan-kekurangan kita ketika
mendirikan shalat fardhu?
Lalu bagaimanakah kita mesti mengerti apakah
yang dimaksudkan sebagai shalat? Secara etimologi shalat adalah doa, secara
umum. Sedangkan secara istilah syariat, shalat adalah suatu ibadah yang terdiri
dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan tertentu sesuai sarat dan
rukun yang dimulai dengan Takbiratul Ihram dan disudahi dengan Salam. Tata caranya
adalah sesuai yang dituturkan oleh para Sahabat yang melihat Rasulullah sewaktu
sedang shalat.
Turun-temurun hingga sekarang, maka begitulah
kita dapat melihat orang-orang mendirikan shalat. Demikian pula kita mendirikan shalat sesuai ajaran yang kita yakini
kesahihannya hingga saat ini. Hal ini telah sesuai dengan sabda Rasulullah SAW
yang kami bacakan di awal tadi, yang artinya adalah ”Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihatku melaksanakan/mempraktikkannya.” (HR
Bukhari-Muslim)
Menurut sejarahnya, perintah shalat diterima
oleh Rasululah SAW ketika menunaikan Isra’ mi’raj. Bahwa Nabi Muhammad naik
menuju Sidratul Muntaha dan bertemu secara langsung (yaqodhoh) dengan
Allah SWT. Pada saat inilah Rasulullah mendapat perintah baginya beserta
seluruh ummat yang mempercayai keterutusannya, berupa shalat 50 kali sehari
yang kemudian dikurangkan hingga lima kali.
Pewahyuannya yang secara langsung ini menjadikan
shalat diyakini oleh para ulama sebagai sebuah ibadah yang memiliki
keistimewaan-keistimewaan tertentu. Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan
ditimbang kelak dihari pembalasan. Jika seorang hamba baik shalatnya maka tentu
menjadi baik pulalah seluruh amal perbuatannya. Sebaliknya, jika seorang hamba
jelek shalatnya, maka berarti buruk pulalah seluruh hidupnya.
Hadirin Sidang Jum’at yang
Berbahagia
Tentu urusan baik dan buruk ibadah shalat seseorang
kemudian bukan hanya ditentukan oleh rajin dan tidaknya ia pergi ke Masjid.
Melainkan juga menghitung khusyuk ataukah tidaknya, ikhlas atau pamernya
seorang hamba ketika sedang menghadap Sang Pencipta alam semesta ini setiap
waktunya. Sebagaimana firman Allah,
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
"Telah beruntunglah orang-orang mukmin,
yaitu mereka yang khusyu' dalam shalatnya." (QS. Al-Mu'minun, 23:1-2)
Bukan hanya di akhirat Allah menjanjikan
kebahagiaan bagi hambanya yang mendirikan shalat dengan segenap jiwa dan
raganya. Semenjak di dunia pun Allah telah memberi kabar gembira kepada umat
Islam, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ أَنَّ
أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
"Sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi…" (QS. al-A'raf, 7:96)
Meskipun ketaqwaan tidak dapat hanya diukur dari
sisi lahiriah berupa shalat saja, namun shalat jelas-jelas merupakan pintu
masuk bagi setiap Muslim untuk memulai pengabdian kepada Allah dan Rasulullah.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Shalat merupakan sebesar-besarnya tanda iman dan
seagung-agungnya syiar agama. Shalat merupakan tanda syukur para hamba atas
nikmat yang telah dikaruniakan Allah.
Peristiwa Isra’ mi’raj merupakan bukti bahwa Shalat merupakan simpul
terpenting dalam tatanan Islam, baik bagi setiap individu maupun masyarakat,
dalam skala yang terkecil hingga level bangsa. Sebegitu pentingnya, maka layaklah Allah mewahyukannya langsung kepada
Rasulullah tanpa melalui perantara.
Shalat mempunyai kedudukan yang tak dapat
ditandingi oleh ibadah-ibadah yang lain. Ada banyak kutipan ayat-ayat al-Qur'an
mengenai keutamaan Shalat. Beberapa di antaranya adalah :
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu
untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya."
(QS. Thaha, 20:132)
Shalat sangat bermanfaat bagi kehidupan umat
Islam, baik secara individual maupun secara kemasyarakatan. Dalam hal ini Allah
menjanjikan bahwa Shalat dapat menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan yang
tidak manusiawi. Firman Allah :
وَأَقِمِ
الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُونَ
"Dan dirikanlah shalat, karena
sesungguhnya Shalat dapat mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar"
(QS. Al-Ankabut, 29:45)
Ayat ini merupakan peringatan dari Allah bahwa shalat merupakan elemen terpenting dalam pembentukan pribadi Muslim.
Termasuk dalam pembentukan karakter bangsa.
Jika saja seluruh penduduk bangsa rajin
melaksanakan Shalat dengan semestinya, tentu Allah akan mencurahkan karunianya
kepada kita. Bukan besar kecil atau indah dan gemerlapnya sebuah masjid yang
menjadi tolok ukur religiusitas sebuah masyarakat, melainkan banyak atau
sedikitnya jamaah yang mendirikan shalat ketika waktu-waktu adzan
dikumandangkan.
Sementara Shalat sebagai sebuah keharusan bagi
setiap individu Muslim merupakan salah satu pertanda paling mudah dijadikan
standar untuk mengukur sejauh mana seseorang memiliki ketaqwaan kepada Allah.
Pribadi yang bertaqwa adalah pribadi yang senantiasa hatinya terikat dengan
batas-batas waktu Shalat.
Meskipun memang Shalat tidak secara mutlak
menunjukkan tingkat ketaqwaan seseorang. Setidaknya Shalat dapat memberikan
sebuah perenungan intens dan continue kepada setiap pribadi Muslim dalam
keseharian. Ketika seorang Muslim sedang berada dalam posisi yang mengakibatkan
ia memiliki kecenderungan atau peluang lebih besar untuk berbuat dosa, maka ia
akan dapat mengingat shalatnya. Buat apakah rajin-rajin Shalat jika masih selalu
menjalankan kebiasaan buruk misalnya.
Sidang Jum’at yang Dimuliakan
Allah
Tentu saja dalam hal ini, shalat adalah sebuah
sarana spiritual yang cukup penting untuk meredam kekejian atau kemungkaran
yang akan dijalaninya. Shalat dapat berfungsi sebagai kontrol diri setiap saat
bagi setiap perilaku individu muslim.
Maka demikian pun shalat dapat berfungsi sebagai
kontrol sosiologi masyarakat. Jika sebuah komunitas masyarakat memiliki Masjid
yang selalu penuh oleh Jamaah di setiap waktu-waktu shalat, tentu ini
mencerminkan kondisi lingkungan yang religius. Biasanya secara otomastis,
kegiatan-kegiatan massal yang berbau kemungkaran akan berkurang.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan lingkungan
masyarakat yang Masjidnya-masjidnya hanya penuh ketika hari raya saja. Tentu
kegiatan-kegiatan yang bersifat foya-foya lebih sering diselenggarakan dalam
masyarakat. Dari sini shalat dapat kita jadikan sebuah pola dalam
memperjuangkan peningkatan moral masyarakat.
Memakmurkan Masjid dengan shalat berjamaah
merupakan program yang efektif untuk meredam gejolak negatif masyarakat. Jika
kita mampu memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah, kedamaian dan linkungan
kondusif pasti terkondisikan dengan sendirinya.
Maka marilah kita bersama-sama meningkatkan
ketaqwaan dan membangun masyarakat yang islami dan bermoral mulia, berakhlakul
karimah dan berkerukunan serta berkesatuan melalui penggalakan shalat berjamaah
di masjid-masjid, musholla-musholla maupun di kantor dan di mana pun tempat
yang selayaknya kita mengagungkan Asma Allah. Marilah bersama-sama kita
tegakkan agama Allah, agar beroleh keselamatan dan kesejahteraan di sepanjang
usia umat manusia.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِيِمْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
18/06/2008 01:25
Kewajiban
Berdakwah bagi Setiap Muslim KH. Drs. Ahmad Rofi’i
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ،
اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ، الْمَعْرُوْفِ بِمَزِيْدِ
اْلإِنْعَامِ وَاْلإِفْضَالِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ الْمَحْمُوْدُ عَلَى
كُلِّ حَالٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ
وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ
تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
Jamaah Sidang Jum’at yang berbahagia,
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita sama-sama memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada kita berupa kesehatan, untuk memenuhi panggilan-Nya, yakni menunaikan ibadah shalat Jum’at. Shalawat dan salam kita berikan kepada Nabi Besar Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam yang telah menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah yang penuh kegelapan menuju zaman keislaman yang tercerahkan; dan juga kepada para sahabatnya serta para generasi selanjutnya yang memperjuangkan Islam hingga akhir zaman nanti.
Adapun kesyukuran tersebut secara kesinambungan haruslah kita wujudkan dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah yang selalu melihat gerak-gerik kita, dengan sebenar-benar takwa, Dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segenap larangan-Nya.
Bukankah semua umat Islam sepakat bahwa dakwah adalah amalan yang disyariatkan dan masuk kategori fardhu kifayah. Tidak boleh kategori diabaikan, diacuhkan, dan dikurangi bobot kewajibannya. Hal itu disebabkan terdapat sedemikian banyak perintah dalam Al-Qur’an dan Sunah rasululah untuk berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Salah satu yang paling populer bagi kita adalah, ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran, 3 : 104)
Maksud ayat ini adalah jadilah kamu sekelompok orang dari umat yang melaksanakan kewajiban dakwah. Di mana kewajiban ini berlaku bagi setiap muslim, sebagaimana dijelaskan oleh sabda Rasulullah SAW. ”Siapa pun yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, kalau tidak mampu, hendaklah mengubah dengan lisannya, kalau tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Bukhori Muslim)
Maka ingatlah, wahai kaum muslimin bahwa dakwah untuk menegakkan ajaran-ajaran Allah merupakan kewajiban yang disyari’atkan dan menjadi tanggung jawab yang harus dipikul oleh kaum muslimin seluruhnya. Artinya setiap muslim dituntut untuk berdakwah sesuai kemampuannya dan peluang yang dimilikinya. Oleh sebab itu wajiblah bagi kita untuk senantiasa bersemangat dan berpartisipasi dalam berdakwah menyebarkan Islam ke mana pun kita menuju dan di mana saja kita berada.
Jamaah Shalat Jum’at yang berbahagia,
Dakwah dan amar ma’ruf merupakan prasyarat dalam membangun khairu ummah (umat pilihan). Seandainya umat Islam tak mau berdakwah, maka tentu mereka pasti mengalami kerugian dan kemunduran dalam pelbagai aspek kehidupan.
Kemulian sekelompok benar-benar disebabkan karena dakwah dan demikian pun dengan kehinaan mereka adalah karena meninggalkan dakwah. Allah SWT berfirman, ”Kamu semua adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran, 3 : 110)
Melalui ayat ini, Allah mengisyaratkan pemberian predikat yang terbaik kepada umat manusia bila mereka mampu memenuhi tiga syarat yaitu:
1. Menyuruh kepada yang ma’ruf
2. Mencegah dari yang mungkar, dan
3. Mau beriman kepada Allah.
Jamaah Jum’at yang berbahagia,
Dakwah merupakan pekerjaan terbaik, sesuai firman Allah SWT, ”Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushshilat, 41: 33)
Ayat ini dikukuhkan oleh Sabda Rasulullah SAW :
لِأَنْ يَهْدِيَكَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا
خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ. رواه مسلم
Yang artinya : Sungguh jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui engkau (dakwah engkau) maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki onta merah. (HR. Muslim)
Dari ayat dan hadits ini, menjadi jelaslah bahwa dakwah merupakan perbuatan terbaik dan pelakunya akan dibalas dengan balasan yang besar. Maka dengan segera Rasulullah tetap tegar dalam dakwah, walau diganggu, dipersulit dan meskipun akan dibunuh tidaklah hal itu menghalangi beliau dalam berdakwah demi tegaknya agama Islam.
Karenanya, para da’i hendaknya menyadari bahwa ancaman, intimidasi, dan teror serta ancaman bunuh dari musuh adalah sunnatullah yang sudah dialami para nabi sebelum Nabi Muhammad dan hal itu akan berlanjut sampai hari Kiamat. Sehingga mereka telah memiliki kesiapan mental yang dapat diandalkan untuk menhadapi berbagai kemungkinan yang akan menghambat jalannya dakwah islamiyah.
Jamaah Jum’at yang berbahagia
Marilah kita sejenak merenung dan meresapi perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dan para sahabat dalam berdakwah? Mereka disiksa, diteror ada yang dibunuh, bahkan ada pula yang diembargo ekonomi dalam jangka waktu yang lama. Mereka sempat makan rumput-rumputan dan daun-daunan hingga mulut dan lidah mereka pecah-pecah. Namun mereka selalu tabah dan tetap bertekad membara menegakkan kalimatullah yang Agung dan bijaksana (li’ilaa’i kalimatullahi hiyal ulya).
Jamaah Kaum Muslimin Rokhimakumullah,
Dakwah bertujuan tersebarnya kebenaran pada umat manusia (khususnya kaum muslimin) agar senantiasa memperbaiki kualitas hidupnya. Agar para hamba Allah semakin giat beribadah kepada Sang Khaliq. Lalu mereka membela Islam, mendakwahkan Islam semampunya hingga dengan usaha mereka setelah rahmat Allah manusia masuk Islam dengan berbondong-bondong.
Maka alangkah bahayanya kalau dakwah itu sampai tidak berjalan, mogok total tanpa ada yang menjalankan. Sebab pada saat itu adzab Allah akan turun ke bumi menimpa manusia semuanya. Apakah di dalamnya itu orang beriman atau bukan beriman. Sebagaimana firman Allah SWt, ”Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim di antara kamu, dan ketahuilah Allah amat keras siksanya”. (QS. Al-Anfal,, 8 : 25)
Jamaah Jum’at yang berbahagia
Demikian ringkasan dari kutbah Jum’at yang saya sampaikan, yang intinya sebagai bahan ringkasan dari khutbah tersebut adalah marilah kita tingkatkan partisipasi kita dalam berdakwah sesuai dengan kemampuan kita, profesi kita, hingga Allah memanggil kita, karena keutamaan umat ada dalam dakwah dan kerugian umat akibat meninggalkan dakwah. Sekali lagi mari kita tingkatkan semangat kita berdakwah sesuai dengan manhaj salafush shalih. Semoga Allah menolong kita dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Amin ya Robbal’alamin.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا
كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar